Minggu, 09 Juli 2017

Berpikir kritis

1.      Tinjauan Tentang Berpikir Kritis
a.      Konsep Berpikir Kritis
            Berpikir kritis adalah suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan seseorang; pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut (Khaeruman & Nurhidayati, 2014: 20). Kemudian Khaeruman & Nurhidayati (2014) melanjutkan, berpikir kritis adalah “sebuah proses proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain”.
            Jhonson (Khaeruman & Nurhidayati, 2014: 20) mengatakan berpikir kritis adalah “sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri”. Di sisi lain, Jhon W Santrack mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah “pemikiran reflektif dan produktif dan melibatkan evaluasi bukti”. Berpikir kritis dapat juga dikatakan sebuah proses kognitif yang sistematis dan aktif dalam menilai argument-argumen, menilai sebuah kenyataan, menilai kekayaan, dan hubungan dua atau lebih objek serta memberikan bukti-bukti untuk menerima atau menolak sebuah pernyataan. Para pemikir-pemikir aliran kritis mengakui bahwa  tidak hanya ada satu cara yang benar atau tepat untuk memahami dan mengevaluasi argumen-argumen dan bahwa semua usaha di atas tidak menjamin keberhasilannya. Berpikir kritis merupakan suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan.
      Adapun enam unsur dasar dalam berpikir kritis, yaitu (Khaeruman & Nurhidayati, 2014: 20-21) :
1)      Fokus (focus), langkah awal dari berpikir kritis adalah mengidentifikasi masalah dengan baik.
2)      Alasan (reason), apakah alasan-alasan yang diberikan logis atau tidak untuk disimpulkan seperti yang tercantum dalam fokus.
3)      Kesimpulan (inference), jika alasannya tepat, apakah alasan itu cukup sampai pada kesimpulan yang diberikan.
4)      Situasi (situation), mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya.
5)      Kejelasan (clarity), harus ada kejelasan mengenai istilah-istilah yang dipakai dalam argumen tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membuat kesimpulan, dan
6)      Tinjauan ulang (over review), artinya kita  perlu mencek apa yang sudah ditemukan, diputuskan, diperhatikan, dipelajari dan disimpulkan.

b.      Indikator Berpikir Kritis
      Ennis (2007) (Khaeruman & Nurhidayati, 2014: 21) mengidentifikasi indikator berpikir kritis,yang dapat dikelompokkan dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:
1.      Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi memfokuskan pertanyaan.
2.      Menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pertanyaan.
3.      Membangun keterampilan dasar, yang terdiri dari atas mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
4.      Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendedukasikan atau mempertimbangkan hasil deduksi, meniduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan.
5.      Memberikan penjelasan lanjtu, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
6.      Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan berintraksi dengan orang lain.
      Indikator-indikator tersebut dalam prakteknya dapat bersatu padu membentuk sebuah kegiatan atau terpisah-pisah hanya beberapa indikator saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar